Sejarah Mustika Jaya

Kecamatan yang berada di bagian barat tambun utara dan di huni oleh sekitar 228.608 (data 2016) jiwa ini, mempunyai sejarah terpendam juga terlupakan.

Terbentuknya sebuah desa yang kini menjadi sebuah kecamatan. Ketika perantau memasuki desa pada tahun 1958 desa ini belum di namakan desa mustika jaya, yakni desa Babakan Sumur Keramat. Babakan sendiri mempunyai arti peristirahatan, yang terdapat di jalan Linun.

Babakan sumur keramat ini mengalami pemekaran, bagian barat bernama Mustika Sari, bagian timur bernama Mustika Jaya. Berbeda dengan sekarang, wilayah administrasinya terbagi menjadi kelurahan Padurenan, kelurahan Mustika Jaya, Kelurahan Mustika Sari, dan Kelurahan Cimuning.

Dimulai pada zaman peperangan Belanda melawan Batavia, di saat peperangan usai, pasukan Kesultanan Mataram tidak bisa kembali ke Kesultanan Mataram dan tidak lagi memiliki pertahanan  dikarenakan lumbung padi milik pasukan Kesultanan Mataram di bakar, amunisi nya kurang, serta meriamnya di isi kan oleh kotoran, dan mengapa Jakarta di sebut juga betawi karena seluk beluk dari bahasa jawanya, betawi, yaitu “mambet tai”, yang bermaksud meriamnya bau tai.

Pasukan pun memilih untuk berpencar ke daerah lain guna menghindari serangan Belanda. Salah satu pasukan Kesultanan Mataram di Batavia bernama Eyang Kusuma Jaya (Kusomo Jaya) yang kini di sebut oleh kebanyakan masyarakat adalah Bapak Jawa karena berasal dari Jawa Tengah, beliau melarikan diri ke desa Babakan. ketika tiba di desa Babakan, beliau beristirahat. Di desa Babakan sendiri, adanya tanda keberadaan beliau di desa itu ialah beliau menyangkutkan tongkat di pohon beringin, yang sekarang berada di kelurahan Mustika Sari. Lalu untuk keperluan mandi dan wudhu, beliau pergi ke sumur keramat yang ada di desa Mustika Jaya, yang sekarang di sebut Jl. Keramat lebak, Di namakan lebak, karena tempatnya berada di bawah.

Saat itu desa Babakan Sumur Keramat, di ketuai oleh seorang lurah yang bernama Engkong Dugel, di lanjut oleh putra nya yang bernama Hj. Tawi sejak 1958.

Waktu terus berlalu, jabatan diturunkan kepada putranya yang bernama Natrom Nur Samsu setelah itu di gantikan kembali oleh putra nya bernama Dedi Erpan. Pada tahun 1965 Desa  Mustika Jaya mengadakan suatu lomba desa untuk seluruh Jawa Barat, sekaligus mencetak juara pertama.

Eyang kusuma jaya wafat karena di tembak oleh tentara belanda dari kejauhan, karena beliau orang sakti, maka mustaka (kepala), dan tubuhnya terlempar jauh dari tempat dimana beliau di tembak. Tubuhnya jatuh di tembak lalu di makamkan di kampung keramat.

Sedangkan mustaka (kepala) nya di makamkan di tempat dimana mustaka (kepala) terlempar dari tempat dimana beliau tertembak, yakni di jl. Keramat lebak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuliner Mustika Jaya

Bekasi Punya Bahasa